BAB
II
PEMBAHASAN
A. ANATOMI FISIOLOGI
1. Ginjal
Fungsi vital ginjal ialah sekresi air kemih dan pengeluarannya dari tubuh manusia. Di samping itu, ginjal juga merupakan salah satu dari mekanisme terpenting homeostasis. Ginjal berperan penting dalam pengeluaran zat-zat toksin/racun, memperlakukan suasana keseimbangan air. mempertahankan keseimbangan asam-basa cairan tubuh, dan mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain dalam darah.
Fungsi vital ginjal ialah sekresi air kemih dan pengeluarannya dari tubuh manusia. Di samping itu, ginjal juga merupakan salah satu dari mekanisme terpenting homeostasis. Ginjal berperan penting dalam pengeluaran zat-zat toksin/racun, memperlakukan suasana keseimbangan air. mempertahankan keseimbangan asam-basa cairan tubuh, dan mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain dalam darah.
2. Ureter
Air kemih disekresi oleh ginjal, dialirkan ke vesika urinairia (kandung kemih) melalui ureter. Ureter berada pada kiri dan kanan kolumna vertebralis (tulang punggung) yang menghubungkan pelvis renalis dengan kandung kemih.
Air kemih disekresi oleh ginjal, dialirkan ke vesika urinairia (kandung kemih) melalui ureter. Ureter berada pada kiri dan kanan kolumna vertebralis (tulang punggung) yang menghubungkan pelvis renalis dengan kandung kemih.
3. Vesika urinaria
Aliran urine dari ginjal akan bermuara ke dalam
kandung kemih (vesika urinaria). Kandung kemih merupakan kantong yang dapat
menggelembung seperti
balon karet, terletak di belakang simfisis pubis, di dalam rongga panggul.Bila terisi
penuh, kandung kemih dapat terlihat sebagian ke luar dari rongga panggul.
4.
Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih ke luar dan juga untuk menyalurkan semen. Pada laki-laki, uretra berjalan berkelok-kelok, menembus prostat, kemudian melewati tulang pubis, selanjutnya menuju ke penis. Oleh karera itu, pada laki-laki, uretra terbagi menjadi 3 bagian, yaitu pars proetalika, pars membranosa, dan pars kavernosa. Muara uretra ke arah dunia luar disebut meatus. Pada perempuan, uretra terletak di belakang simfisis pubis, berjalan miring, sedikit ke atas, panjangnya kurang lebih 3-4 cm. Muara uretra pada perempuan terletak di sebelah atas vagina, antara klitoris dan vagina. Uretra perempuan berfungsi sebagai saluran ekskretori.
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih ke luar dan juga untuk menyalurkan semen. Pada laki-laki, uretra berjalan berkelok-kelok, menembus prostat, kemudian melewati tulang pubis, selanjutnya menuju ke penis. Oleh karera itu, pada laki-laki, uretra terbagi menjadi 3 bagian, yaitu pars proetalika, pars membranosa, dan pars kavernosa. Muara uretra ke arah dunia luar disebut meatus. Pada perempuan, uretra terletak di belakang simfisis pubis, berjalan miring, sedikit ke atas, panjangnya kurang lebih 3-4 cm. Muara uretra pada perempuan terletak di sebelah atas vagina, antara klitoris dan vagina. Uretra perempuan berfungsi sebagai saluran ekskretori.
B.
KONSEP DASAR PENYAKIT
1.
Pengertian Pielonefritis
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri
yang menyerang ginjal, yang sifatnya akut maupun kronis. Pielonefritis akut
biasanya akan berlangsung selama 1 sampai 2 minggu. Bila pengobatan pada
pielonefritis akut tidak sukses maka dapat menimbulkan gejala lanjut yang
disebut dengan pielonefritis kronis.
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri
pada piala ginjal
(pelvis renalis), tubulus, dan
jaringan interstinal dari salah satu atau kedua ginjal (Brunner & Suddarth, 2002: 1436).
Pielonefritis merupakan suatu infeksi
dalam ginjal yang dapat timbul secara hematogen atau retrograd aliran ureterik
(J. C. E. Underwood, 2002: 668)
Ginjal
merupakan bagian utama dari sistem saluran kemih yang terdiri atas organ-organ
tubuh yang berfungsi memproduksi maupun menyalurkan air kemih (urine) ke luar
tubuh. Berbagai penyakit dapat menyerang komponen-komponen ginjal, antara lain
yaitu infeksi ginjal.
Pielonefritis
dibagi menjadi dua macam yaitu :
a.
Pyelonefritis
akut
Pyelonefritis akut biasanya singkat dan sering terjadi
infeksi berulang karena terapi tidak sempurna atau infeksi baru. 20% dari infeksi
yang berulang terjadi setelah dua minggu setelah terapi selesai.Infeksi bakteri
dari saluran kemih bagian bawah ke arah ginjal, hal ini akan mempengaruhi
fungsi ginjal. Infeksi saluran urinarius atas dikaitkan dengan selimut antibodi
bakteri dalam urin.Ginjal biasanya membesar disertai infiltrasi interstisial
sel-sel inflamasi.Abses dapat dijumpai pada kapsul ginjal dan pada taut
kortikomedularis.Pada akhirnya, atrofi dan kerusakan tubulus serta glomerulus
terjadi.Pyelonefritis akut merupakan salah satu penyakit ginjal yang sering
ditemui.Gangguan ini tidak dapat dilepaskan dari infeksi saluran kemih.Infeksi
ginjal lebih sering terjadi pada wanita, hal ini karena saluran kemih bagian
bawahnya (uretra) lebih pendek dibandingkan laki-laki, dan saluran kemihnya
terletak berdekatan dengan vagina dan anus, sehingga lebih cepat mencapai
kandung kemih dan menyebar ke ginjal. Insiden penyakit ini juga akan bertambah
pada wanita hamil dan pada usia di atas 40 tahun. Demikian pula, penderita
kencing manis/diabetes mellitus dan penyakit ginjal lainnya lebih mudah terkena
infeksi ginjal dan saluran kemih.
b.
Pielonefritis
kronis
Pyelonefritis kronis juga berasal dari adanya bakteri,
tetapi dapat juga karena faktor lain seperti obstruksi saluran kemih dan refluk
urin.Pyelonefritis kronis dapat merusak jaringan ginjal secara permanen akibat
inflamasi yang berulangkali dan timbulnya parut dan dapat menyebabkan
terjadinya renal failure (gagal ginjal) yang kronis. Ginjal pun membentuk
jaringan parut progresif, berkontraksi dan tidak berfungsi. Proses perkembangan
kegagalan ginjal kronis dari infeksi ginjal yang berulang-ulang berlangsung
beberapa tahun atau setelah infeksi yang gawat. Pembagian Pielonefritis Pielonefritis
akut Sering ditemukan pada wanita hamil, biasanya diawali dengan hidro ureter
dan hidronefrosis akibat obstruksi ureter karena uterus yang membesar.
2. Etiologi
a.
Bakteri
·
Escherichis
colli
Escherichia coli (bakteri yang dalam keadaan normal
ditemukan di usus besar) merupakan penyebab infeksi yang sering ditemukan pada
pielonefritis akut tanpa komplikasi
·
Basilus
proteus dan Pseudomonas auroginosa.
Pseudomonas juga merupakan patogen pada manusia dan
merupakan penyebab infeksi pada saluran kemih.
·
Klebsiella
enterobacter
Klebsiella enterobacter merupakan salah satu patogen menular
yang umumnya menyebabkan infeksi pernapasan, tetapi juga dapat menyebabkan
infeksi saluran kemih
·
Species
proteus
Proteus yang pada kondisi normal ditemukan di saluran cerna,
menjadi patogenik ketika berada di dalam saluran kemih.
·
Enterococus
Mengacu pada suatu spesies streptococus yang mendiami
saluran cerna dan bersifat patogen di dalam saluran kemih
·
Lactobacillus
Adalah flora normal di rongga mulut, saluran cerna, dan
vagina, dipertimbangkan sebagai kontaminan saluran kemih. Apabila ditemukan
lebih dari satu jenis bakteri, maka spesimen tersebut harus dipertimbangkan
terkontaminasi. Hampir semua gambaran klinis disebaban oleh endotoksemia. Tidak
semua bakteri bersifat patogen di saluran perkemihan, tetapi semua bakteri
tersebut ditemukan dalam sampel biakan urine. Namun, bakteri-bakteri tersebut
tetap merupakan kontaminan.
b.
Obstruksi urinari track. Misal batu
ginjal atau pembesaran prostat.
c.
Refluks, yang mana merupakan arus balik
air kemih dari kandung kemih kembali ke dalam ureter.
d.
Kehamilan
Kehamilan
dapat mempengaruhi aliran darah dan aliran plasma efektif ke ginjal dan saluran
kencing. Kecepatan filtrasi glomerulus dan fungsi tubuler meningkat
30-50%. Dibawah keadaan yang normal peningkatan kegiatan penyaringan darah bagi
ibu dan janin yang tumbuh tidak membuat ginjal dan uretra bekerja ekstra.
Keduanya menjadi dilatasi karena peristaltik uretra menurun. Sebagai akibat,
gerakan urin ke kandung kemih lebih lambat. Stasis urin ini meningkatkan
kemungkinan pielonefritis.
Estrogen
dapat meningkatkan resiko terjadinya infeksi yang terjadi pada kadung kemih
yang akan naik ke ginjal. Bendungan dan atoni ureter dalam kehamilan mungkin
disebabkan oleh progesteron, obstipasi atau tekanan uterus yang membesar pada
ureter.
Pada
saluran kemih yang sehat, naiknya infeksi ini biasanya bisa dicegah oleh aliran
air kemih yang akan membersihkan organisme dan oleh penutupan ureter di tempat
masuknya ke kandung kemih. Berbagai penyumbatan fisik pada aliran air kemih
(misalnya batu ginjal atau pembesaran prostat) atau arus balik air kemih dari
kandung kemih ke dalam ureter, akan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi
ginjal.
3. Patofisiologi
Umumnya
bakteri seperti Eschericia coli, Streptococus fecalis,
Pseudomonas aeruginosa, dan Staphilococus aureus yang menginfeksi ginjal berasal dari luar tubuh yang masuk
melalui saluran kemih bagian bawah (uretra), merambat ke kandung kemih, lalu ke
ureter (saluran kemih bagian atas yang menghubungkan kandung kemih dan ginjal)
dan tibalah ke ginjal, yang kemudian menyebar dan dapat membentuk koloni
infeksi dalam waktu 24-48 jam. Infeksi bakteri pada ginjal juga dapat
disebarkan melalui alat-alat seperti kateter dan bedah urologis. Bakteri lebih
mudah menyerang ginjal bila terdapat hambatan atau obstruksi saluran kemih yang
mempersulit pengeluaran urin, seperti adanya batu atau tumor.
Pada pielonefritis akut, inflamasi
menyebabkan pembesaran ginjal yang tidak lazim. Korteks dan medula mengembang
dan multipel abses. Kalik dan pelvis ginjal juga akan berinvolusi. Resolusi
dari inflamasi menghsilkan fibrosis dan scarring. Pielonefritis kronis muncul
stelah periode berulang dari pielonefritis akut. Ginjal mengalami perubahan degeneratif
dan menjadi kecil serta atrophic. Jika destruksi nefron meluas, dapat
berkembang menjadi gagal ginjal.
1. Tanda dan Gejala
Gejala yang paling umum dapat berupa
demam tiba-tiba. Kemudian dapat disertai menggigil, nyeri punggung bagian
bawah, mual, dan muntah. Pada beberapa kasus juga menunjukkan gejala ISK bagian
bawah yang dapat berupa nyeri berkemih dan frekuensi berkemih yang meningkat.
Dapat terjadi kolik renalis, dimana
penderita merasakan nyeri hebat yang desebabkan oleh kejang ureter. Kejang
dapat terjadi karena adanya iritasi akibat infeksi atau karena lewatnya
batu ginjal. Bisa terjadi pembesaran pada salah satu atau kedua
ginjal. Kadang juga disertai otot perut berkontraksi kuat.
Pada anak-anak, gejala infeksi ginjal seringkali sangat ringan dan
lebih sulit untuk dikenali.
a.
Pyelonefritis
akut ditandai dengan :
-
pembengkakan
ginjal atau pelebaran penampang ginjal
-
Pada
pengkajian didapatkan adanya demam yang tinggi, menggigil, nausea,
-
nyeri
pada pinggang, sakit kepala, nyeri otot dan adanya kelemahan fisik.
-
Pada
perkusi di daerah CVA ditandai adanya tenderness.
-
Klien
biasanya disertai disuria, frequency, urgency dalam beberapa hari.
-
Pada
pemeriksaan urin didapat urin berwarna keruh atau hematuria dengan bau yang
tajam, selain itu juga adanya peningkatan sel darah putih.
b.
Pielonefritis
kronis
Pielonefritis kronis Terjadi akibat infeksi yang berulang-ulang,
sehingga kedua ginjal perlahan-lahan menjadi rusak. Tanda dan gejala:
-
Adanya
serangan pielonefritis akut yang berulang-ulang biasanya tidak mempunyai gejala
yang spesifik.
-
Adanya
keletihan.
-
Sakit
kepala, nafsu makan rendah dan BB menurun.
-
Adanya
poliuria, haus yang berlebihan, azotemia, anemia, asidosis, proteinuria, pyuria
dan kepekatan urin menurun.
-
Kesehatan
pasien semakin menurun, pada akhirnya pasien mengalami gagal ginjal.
-
Ketidaknormalan
kalik dan adanya luka pada daerah korteks.
-
Ginjal
mengecil dan kemampuan nefron menurun dikarenakan luka pada jaringan.
-
Tiba-tiba
ketika ditemukan adanya hipertensi.
2. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan untuk memperkuat
diagnosis pielonefritis adalah:
a. Whole blood
b. Urinalisis
c. USG dan
Radiologi : USG dan rontgen bisa membantu menemukan adanya batu ginjal,
kelainan struktural atau penyebab penyumbatan air kemih lainnya
d. BUN
e. Creatinin
f. Serum Electrolytes
g. Biopsi ginjal
h. Pemeriksaan IVP : Pielogram
intravena (IVP) mengidentifikasi perubahan atau abnormalitas struktur
3. Komplikasi
Ada tiga
komplikasi penting dapat ditemukan pada pielonefritis akut (Patologi Umum &
Sistematik J. C. E. Underwood, 2002: 669)
a.
Nekrosis papila ginjal. Sebagai hasil
dari proses radang, pasokan darah pada area medula akan terganggu dan akan
diikuti nekrosis papila ginjal, terutama pada penderita diabetes melitus atau
pada tempat terjadinya obstruksi.
b.
Fionefrosis. Terjadi apabila ditemukan
obstruksi total pada ureter yang dekat sekali dengan ginjal. Cairan yang
terlindung dalam pelvis dan sistem kaliks mengalami supurasi, sehingga ginjal
mengalami peregangan akibat adanya pus.
c.
Abses perinefrik. Pada waktu infeksi
mencapai kapsula ginjal, dan meluas ke dalam jaringan perirenal, terjadi abses
perinefrik.
Komplikasi pielonefritis kronis mencakup
penyakit ginjal stadium akhir (mulai dari hilangnya progresifitas nefron akibat
inflamasi kronik dan jaringan parut), hipertensi, dan pembentukan batu ginjal
(akibat infeksi kronik disertai organisme pengurai urea, yang mangakibatkan
terbentuknya batu) (Brunner & Suddarth, 2002: 1437).
4. Penatalaksanaan Medik
Infeksi
ginjal akut setelah diobati beberapa minggu biasanya akan sembuh tuntas. Namun
residu infeksi bakteri dapat menyebabkan penyakit kambuh kembali terutama pada
penderita yang kekebalan tubuhnya lemah seperti penderita diabetes atau adanya
sumbatan/hambatan aliran urin misalnya oleh batu, tumor dan sebagainya. Penatalaksanaan
medis menurut Barbara K. Timby dan Nancy E. Smith tahun 2007:
a.
Mengurangi demam dan nyeri dan
menentukan obat-obat antimikrobial seperti trimethroprim-sulfamethoxazole
(TMF-SMZ, Septra), gentamycin dengan atau tanpa ampicilin, cephelosporin, atau
ciprofloksasin (cipro) selama 14 hari
b.
Merilekskan otot halus pada ureter dan
kandung kemih, meningkatkan rasa nyaman, dan meningkatkan kapasitas kandung
kemih menggunakan obat farmakologi tambahan antispasmodic dan anticholinergic
seperti oxybutinin (Ditropan) dan propantheline (Pro-Banthine)
c.
Pada kasus kronis, pengobatan
difokuskan pada pencegahan kerusakan ginjal secara progresif.
Penatalaksanaan
keperawatan menurut Barbara K. Timby dan Nancy E. Smith tahun 2007:
a.
Mengkaji riwayat medis, obat-obatan,
dan alergi.
b.
Monitor Vital Sign
c.
Melakukan pemeriksaan fisik
d.
Mengobservasi dan mendokumentasi
karakteristik urine klien.
e.
Mengumpulkan spesimen urin segar untuk
urinalisis.
f.
Memantau input dan output cairan.
g.
Mengevaluasi hasil tes laboratorium
(BUN, creatinin, serum electrolytes)
h.
Memberikan dorongan semangat pada klien
untuk mengikuti prosedur pengobatan. Karena pada kasus kronis, pengobatan bertambah lama dan
memakan banyak biaya yang dapat membuat pasien berkecil hati.
5. Pencegahan
Untuk
membantu perawatan infeksi ginjal, berikut beberapa hal yang harus dilakukan:
a.
minumlah
banyak air (sekitar 2,5 liter ) untuk membantu pengosongan kandung kemih serta
kontaminasi urin.
b.
Perhatikan
makanan (diet) supaya tidak terbentuk batu ginjal
c.
banyak
istirahat di tempat tidur
d.
terapi
antibiotika
Untuk
mencegah terkena infeksi ginjal adalah dengan memastikan tidak pernah mengalami
infeksi saluran kemih, antara lain dengan memperhatikan cara membersihkan
setelah buang air besar, terutama pada wanita. Senantiasa membersihkan dari
depan ke belakang, jangan dari belakang ke depan. Hal tersebut untuk mencegah
kontaminasi bakteri dari feses sewaktu buang air besar agar tidak masuk melalui
vagina dan menyerang uretra.Pada waktu pemasangan kateter harus diperhatikan
kebersihan dan kesterilan alat agar tidak terjadi infeksi.
Tumbuhan
obat atau herbal yang dapat digunakan untuk pengobatan infeksi ginjal mempunyai
khasiat sebagai antiradang, antiinfeksi, menurunkan panas, dan diuretik
(peluruh kemih). Tumbuhan obat yang dapat digunakan, antara lain :
a.
Kumis
kucing (Ortthosiphon aristatus)
b.
Meniran
(Phyllanthus urinaria)
c.
Sambiloto
(Andrographis paniculata)
d.
Pegagan
(Centella asiatica)
e.
Daun
Sendok (Plantago major)
f.
Akar
alang-alang (Imperata cyllindrica)
g.
Rambut
Jagung (Zea mays)
h.
Krokot
(Portulaca oleracea)
i.
Jombang
(Taraxacum mongolicum)
j.
Rumput
mutiara(Hedyotys corymbosa).
A. ASUHAN KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
Dalam
melakukan pengkajian pada klien pielonefritis menggunakan pendekatan bersifat
menyeluruh yaitu :
a.
Data biologis meliputi :
1)
Identitas Klien
2)
Identitas penanggung
b.
Riwayat kesehatan :
1)
Riwayat infeksi saluran
kemih
2)
Riwayat pernah menderita
batu ginjal
3)
Riwayat penyakit DM,
Jantung
c.
Pengkajian fisik :
1)
Palpasi kandung kemih
2)
Infeksi darah meatus
3)
Pengkajian warna, jumlah,
bau dan kejernian urine
4)
Pengkajian pada
costovertebralis
d.
Riwayat psikososial
Usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan
persepsi terhadap kondisi penyakit mekanisme kopin dan system pendukung
e.
Pengkajian pengtahuan klien
dan keluarga
1)
Pemahaman tentang penyebab
/ perjalanan penyakit
2)
Pemahaman tentang pencegahan,
perawatan dan terapi medis
2. Diagnosa Keperawatan
a.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
hipertermi, perubahan membran mukosa, kurang nafsu makan
b.
Nyeri akut b.d proses peradangan / infeksi
c.
Hipertermia b.d demam,
peradangan / infeksi
d.
Ansietas b.d hematuria,
kurang pengetahuan tentang penyakit dan tujuan pengobatan
e.
Gangguan pola tidur b.d
hipertermi, nyeri
f.
Intoleransi aktivitas b.d
kelemahan umum
g.
Resiko kekurangan volume
cairan b.d intake tidak adekuat
3.
Intervensi
Dx. 1 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
hipertermi, perubahan membran mukosa, kurang nafsu makan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam pasien merasa nafsu makan bertambah.
Kriteria Hasil
: menunjukkan status gizi : asupan makanan, cairan dan zat
gizi.
Intervensi :
No
|
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
1
2
3
4
5
6
|
Mandiri
Pantau
/ catat permasukan diet
Tawarkan perawatan mulut sering/cuci
dengan larutan (25%) cairan asam
asetat. Berikan permen karet, permen keras, penyegar mulut diantara makan
Berikan makanan sedikit tapi sering
Kolaborasi :
Konsul dengan ahli gizi/tim pendukung
nutrisi
Batasi kalium, natrium dan pemasukan fosat
sesuai indikasi
Awasi pemeriksaan labiratorium, contoh;
BUN, albumin serum, transferin, natrium dan kalium.
|
Membantu dan mengidentifikasi defisiensi
dan kebutuhan diet. Kondisi fisik umum, gajala uremik (contoh : mual,
anoreksia, gangguan rasa) dan pembatasan diet multiple mempengaruhi pemasukan
makanan.
Mambran mukosa menjadi kering dan pecah.
Perawatan mulut menyejukkan, meminyaki dan membantu menyegarkan rasa mulut
yang sering tidak nyaman pada uremia dan membatasi pemasukan oral. Pencucian
dengan asam asetat membantu menetralkan amonea yang dibentuk oleh perubahan
urea.
Meminimalkan anoreksia dan mual sehubungan
dengan status uremik/menurunnya paristaltik
Menentukan kalori individu dan kebutuhan
nutrisi dalam pembatasan,dan mengidentifikasi rute paling efektif dan
produknya, contoh tambahan oral, makanan selang hiperalimentasi
Pembatasan elektrolit ini dibutuhkan untuk
mencegah kerusakan ginjal lebih lanjut, khususnya bila dialisis tidak menjadi
bagian pengobatan, dan atau selama fase penyembuhan.
Indikator kebutuhan nutrisi, pembatasan,
dan kebutuhan / efektivitas terapi.
|
Dx. 2 : Nyeri akut b.d proses peradangan,
infeksi
Tujuan : setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam
pasien merasa nyaman dan nyerinya berkurang.
Kriteria
Hasil : Tidak ada keluhan nyeri pada saat berkemih,
kandung kemih tidak tegang, tenang,
tidak mengekspresikan nyeri secara verbal atau pada wajah, tidak ada
posisi tubuh, tidak ada kegelisahan, tidak ada kehilangan nafsu makan.
Intervensi
:
No
|
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
1
2
3
4
5
6
7
8
|
Mandiri :
Pantau intensitas, lokasi, dan factor yang
memperberat atau meringankan nyeri
Berikan waktu istirahat yang cukup dan
tingkat aktivitas yang dapat di toleran.
Anjurkan minum banyak 2-3 liter jika tidak
ada kontra indikasi
Pantau haluaran urine terhadap perubahan
warna, bau dan pola berkemih, masukan dan haluaran setiap 8 jam dan pantau
hasil urinalisis ulang
Berikan tindakan nyaman, seperti pijatan
punggung, lingkungan istirahat
Berikan perawatan parineal
Kolaborasi :
Berikan analgesic sesuia kebutuhan dan
evaluasi keberhasilannya
Berikan antibiotic. Buat berbagi variasi
sediaan minum, termasuk air segar. Pemberian air sampai 2400 ml/hari
|
Rasa sakit yang hebat menandakan adanya
infeksi
Klien dapat istirahat dengan tenang dan
dapat merilekskan otot – otot
Untuk membantu klien dalam berkemih
Untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan
atau penyimpangan dari hasil yang di harapkan
Meningkatkan
relaksasi, menurunkan tegangan otot
Untuk mencegah kontaminasi uretra
Analgesic memblok lintasan nyeri sehingga
mengurangi nyeri
Akibat dari haluran urin memudahkan
berkemih sering dan membantu membilas saluran berkemih
|
Dp. 3 : Hipertermia b.d
demam, peradangan / infeksi
Tujuan : setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam demam
pasien berkurang
Kriteria Hasil :hilangnya
rasa mual, suhu tubuh kembali normal, nafas normal dan suhu kulit lembab
Intervensi :
No
|
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
1
2
3
4
5
|
Mandiri :
Pantau suhu pasien (drajat dan pola) ;
perhatikan menggigil/diaforesis
Pantau suhu lingkungan, batasi / tambahkan
linen tempat tidur, sesuai indikasi
Berikan
kompres mandi hangat; hindari penggunaan alkohol
Berikan
selimut pendingin
Kolaborasi :
Berikan
antipiretik, misalnya ASA (aspirin), asetaminofen (tylenol)
|
Suhu 38,90 – 41,10 C menunjukkan
proses penyakit infeksius akut
Suhu ruangan/jumlah selimut harus diubah
untuk mempertahankan suhu mendekati normal.
Dapat membantu mengurangi demam. Catatan :
penggunaan air es/alkohol mungkin menyebabakan kedinginan, peningkatan suhu
secara aktual. Selain itu alkohol dapat mengeringkan kulit.
Digunakan untuk mengurangi demam umumnya lebih besar dari 39,50-400 C pada waktu terjadi kerusakan/ gangguan otak.
Digunakan untuk mengurangi demam dengan
aksi sentralnya pada hipotelamus. Meskipun demam mungkin dapat berguna dalam
membatasi pertumbuhan organisme. Dan meningkatkan autodestruksi dari sel-sel
yang terinfeksi
|
Dx. 4
: Ansietas b.d hematuria, kurang pengetahuan tentang penyakit dan tujuan
pengobatan
Tujuan : setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam cemas
pasien Hilang dan tidak memperlihatkan tanda-tanda gelisah
Kriteria Hasil :
tenang, gelisa berkurang, ketakutan berkurang, dapat beristirahat, frekuensi
nafas 12-24/menit
Intervensi :
No
|
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
1
2
3
4
|
Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan
perasaannya
Pantau tingkat kecemasan
Beri dorongan spiritual
Beri penjelasan tentang penyakitnya
|
Agar klien mempunyai semangat dan mau
empati terhadap perawatan dan pengobatan
Untuk mengetahui berat ringannya kecemasan
klien
Agar klien kembali menyerahkan sepenuhnya
kepada tuhan YME
Agar klien mengerti sepenuhnya dengan
penyakit yang di alaminya.
|
Dx. 5
: Gangguan pola tidur b.d hipertermi
Tujuan : setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam
pasien merasa tidur dengan nyenyak.
Kriteria Hasil :
jumlah jam tidur tidak terganggu, perasaan segar setelah tidur atau istirahat,
terjaga denganwaktu yang sesuai
Intervensi :
No
|
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
1
2
3
4
5
|
Mandiri :
Instruksikan tindakan relaksasi
Hindari mengganggu bila mungkin, mis :
membangun untuk obat atau terapi
Tentukan kebiasaan tidur biasanya dan
perubahan yang terjadi
Dorong posisi nyaman, bantu dalam megubah
posisi
Kolaborasi :
Berikan sedatif, hipnotik, sesuai indikasi
|
Membantu menginduksi tidur
Tidur tanpa gangguan pasien mungkin tidak
mampu kembali tidur bila terbangun
Mengkaji
perlunya mengidentifikasi intervensi yang tepat.
Perubahan
posisi mengubah area tekanan dan meningkatkan istirahat
Mungkin di berikan untuk membantu pasien
tidur/istirahat selama periode dari rumah ke lingkungan baru. Catatan :
hindari penggunaan kebiasaan, karena ini menurunkan waktu tidur.
|
Dp. 6 : Intoleransi
aktivitas b.d kelemahan umum
Tujuan : setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam
pasien toleran aktifitas.
Kriteria Hasil :
mengidentifikasi aktifitas dan atau situasi yang menimbulkan kecemasan yang
berkontribusi pada intoleransi aktivitas.
Intervensi :
No
|
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
1
2
|
Mandiri :
Bantu aktivitas perawatan
diri yang di perlukan. Berikan
kemajuan peningkatan aktifitas selama fase penyembuhan.
Evaluasi respon pasien
terhadap aktifitas. Catat laporan dispnea, peningkatan kelemahan / kelelahan
dan perubahan tanda vital selama dan setelah aktivitas
|
Meminimalkan kelelahan
dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
Menetapkan kemampuan / kebutuhan
pasien dan memudahkan pemilihan intervensi.
|
Dx. 7
: Resiko kekurangan volume cairan b.d intake tidak adekuat
Tujuan : setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam klien dapat mempertahankan
pola eliminasi secara adekuat
Kriteria hasil :tidak
memiliki konsentrasi urine yang berlebih, memiliki keseimbangan asupan Dan
haluaran yang seimbang dalam 24 jam
Intervensi :
No
|
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
1
2
3
4
5
6
|
Mandiri
:
Ukur
dan catat urine setiap kali berkemih
Pastikan
kontinuitas kateter pirau / akses
Tempatkan
pasien pada posisi telentang / tredelenburg
sesui kebutuhan
Pantau
mambran mukosa kering, torgor kulit yang kurang baik, dan rasa haus
Kolaborasi
:
Awasi
pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi
~
Berikan
cariran IV (contoh, garam faal)/ volume ekspender (contoh albumin)selama
dialisa sesuai idikasi
|
Untuk
mengetahui adanya perubahan warna dan untuk mengetahui input / output
Terputusnya
pirau / akses terbuka akan memungkinkan
eksanguinasi
Memaksimalkan
aliran balik vena bila terjadi hipotensi
Hipovolemia/cairian
ruang ketiga akan memperkuat tanda-tanda dehidrasi
~ Menurun
karena anemia, hemodilusi atau kehilangan darah aktual.
~ Cairan
garam faal/dekstrosa, elektrolit, dan NaHCO3 mungkin diinfuskan dalam sisi
vena hemofelter Cav bila kecepatan ultrafiltrasi tinggi digunakan untuk
membuang cairan ekstraseluler dan cairan toksik. Volume ekspender mungkin
dibutuhkan selama / setelah hemodialisa bila
terjadi hipotensi tiba-tiba.
|
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri
piala ginjal, tubulus, dan jaringan interstisial dari salah satu atau kedua
ginjal. Bakteri mencapai kandung kemih melalui uretra dan naik ke ginjal.
Meskipun ginjal menerima 20% - 25% curah jantung, bakteri jarang mencapai
ginjal melalui darah; kasus penyebaran secara hematogen kurang dari 3%.
Escherichia
coli (bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di usus besar) merupakan
penyebab dari 90% infeksi ginjal diluar rumah sakit dan penyebab dari 50%
infeksi ginjal di rumah sakit. Infeksi biasanya berasal dari daerah kelamin
yang naik ke kandung kemih.
Pada saluran kemih yang sehat, naiknya
infeksi ini biasanya bisa dicegah oleh aliran air kemih yang akan membersihkan
organisme dan oleh penutupan ureter di tempat masuknya ke kandung kemih.
B. Saran
Saran kami dalam makalah ini semoga para pembaca bisa
lebih memahami isi dari makalah ini dan dapat menerapkannya dalam melakukan
asuhan keperawatan dan membandingkan dengan referensi lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC
Tambayong, jan. 2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosa Keprawatan. Edisi 7. Jakarta : EGC